Jumat, 27 Juli 2012

Domsav

MASA KECIL
Dominico Savio berasal dari keluarga miskin, ia setiap hari berjalan kaki menuju sekolahnya. Sejak masa kecilnya, Dominic amat mengasihi Tuhan. Suatu hari, saat usianya baru empat tahun, ibunya mendapatkan puteranya berada di sudut ruangan dengan tangan terkatup dan kepala tertunduk. Ia sedang berdoa...! Pada usia lima tahun, setelah memohon dengan sangat, ia diijinkan untuk menjadi Putera Altar dan ketika usianya tujuh tahun, ia diperkenankan untuk menerima Komuni Pertama.

PERJUMPAAN DENGAN DON BOSCO

Ketika berumur 12 tahun, Dominic berjumpa dengan seseorang yang mengubah hidupnya di Murialdo, yakni Don Bosco. Imam dari Turin ini adalah seorang pembina yang hebat, yang mendirikan Oratori St. Fransiskus dari Sales. Bulan Oktober 1854, Dominic Savio, dengan diantar ayahnya, menemui Don Bosco. Setelah Don Bosco menguji dengan beberapa pertanyaan, Dominic bertanya,
“Bagaimana pendapat Pastor tentang saya?”
“Menurut saya, kamu adalah bahan yang bagus untuk jubah Tuhan,” jawab Don Bosco dengan senyum lebar.
“Pastor adalah seorang tukang jahit yang hebat. Jika bahannya memang bagus, ambillah saya dan jadikan saya jubah yang indah bagi Tuhan!”
Demikianlah, pada usia dua belas tahun, Dominic diterima sebagai murid Oratori di Turin. Ia dikenal oleh teman-teman dan para gurunya sebagai seorang anak yang periang, ramah, serta teliti.

INGIN MENJADI KUDUS

Dominic Savio bertekad untuk menjadi seorang kudus. Ia selalu pergi ke kapel untuk berdoa. Ia menolak untuk bermain dengan teman-temannya, mukanya pun menjadi serius. Dua hari lamanya Dominic bersikap demikian, sehingga Don Bosco memanggilnya dan bertanya apakah ia sedang sakit.
“Tidak,” kata Dominic, “saya dalam keadaan sehat dan bahagia.”
“Jika demikian, mengapa kamu tidak mau bermain seperti biasanya? Mengapa mukamu demikian muram?”
“Saya ingin menjadi kudus, Pastor.”
Don Bosco menasehati Dominic untuk senantiasa gembira dan tidak perlu merasa khawatir; sebab melayani Tuhan adalah jalan menuju kebahagiaan sejati. Nasehat Don Bosco membuahkan hasil. Dominic menjadi teladan sukacita bagi teman-temannya. Nasihatnya pada temannya: Servite Domino in laetitia (layanilah Tuhan dengan sukacita yang kudus).

LEBIH BAIK MATI DARIPADA BERBUAT DOSA

Sebelum Komuni Pertamanya, Dominic membuat empat janji yang ditulisnya dalam sebuah buku kecil :
* Saya akan menerima Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi sesering mungkin.
* Saya akan berusaha memberikan hari Minggu serta hari-hari libur sepenuhnya untuk Tuhan.
* Sahabat terbaikku ialah Yesus dan Maria.
* Lebih baik mati daripada berbuat dosa.
Janji keempat menjadi motto Dominic sepanjang hidupnya.

CINTA AKAN LAKU SILIH

Dalam usia yang masih muda, kesehatan Dominic tidak prima, sehingga Don Bosco tidak memperbolehkannya melakukan berbagai silih (mati raga). Tapi menurut Dominic, semua anak akan sulit mempertahankan kemurniannya tanpa silih.

Dengan semangat bersilih, Dominic memutuskan untuk makan roti dan minum air tawar saja setiap hari Sabtu demi menghormati Bunda Maria. Tetapi, Don Bosco melarangnya. Kemudian ia ingin berpuasa selama Masa Advent. Baru seminggu ia berpuasa, Don Bosco mengetahuinya dan menyuruhnya berhenti berpuasa. Semua silih itu akan berakibat buruk bagi kesehatannya, yang sudah kurang baik.

Dominic lalu mencari cara lain untuk melakukan silih. Ia meletakkan kerikil serta ranting-ranting kayu di tempat tidurnya sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyaman. Suatu hari, Dominic sakit. Don Bosco datang menjenguknya. Dilihatnya bahwa Dominic hanya mengenakan selimut tipis. Don Bosco lalu berkata dengan nada marah, “Apa maksudnya ini?! Kamu ingin mati kedinginan?!”

Sejak saat itu Dominic dilarang keras melakukan silih badani apa pun tanpa ijin Don Bosco. Perintah ini ditaatinya, walau dengan hati sedih. Don Bosco yang menyadari bahwa Dominic tertekan lalu meminta ia berbicara terus terang padanya.

“Saya sungguh tidak tahu harus bagaimana. Tuhan bersabda bahwa tanpa silih, kita tidak dapat sampai ke Surga dan sekarang saya dilarang melakukan silih. Jadi alangkah kecilnya kesempatan saya untuk masuk surga!”
“Silih dosa yang Tuhan minta darimu ialah ketaatan. Taatlah dan itu sudah cukup,” jawab Don Bosco.
“Pastor, tidakkah saya diperbolehkan melakukan silih yang lain juga?” pintanya
“Jika demikian, kerjakanlah segala sesuatu dengan penuh sukacita. Lalu, bersedialah menanggung segala sesuatu demi cintamu kepada Tuhan, maka pasti kamu akan beroleh belas kasih daripada-Nya,” jawab Don Bosco. Kata-kata ini membuat Dominic merasa lebih baik. Hatinya juga menjadi lebih tenang.

Demikianlah, ia lalu menyantap makanan yang tidak disukainya, mengorbankan apa yang disukainya, menjaga matanya dari pandangan yang tidak baik, mengorbankan keinginannya sendiri, rela menanggung penderitaan baik mental maupun fisik. Hal-hal itulah yang menjadi laku silih Dominic setiap hari.

DOA

Salah satu dari sekian banyak karunia yang dilimpahkan Tuhan kepada Dominic adalah karunia berdoa. Suatu ketika Dominic menghilang dari pagi sampai saat makan malam. Don Bosco yang mencarinya, akhirnya menemukan muridnya itu di gereja, khusuk dalam doa. Ia sudah berada di sana selama enam jam, namun pikirnya Misa pagi masih belum selesai! Don Bosco menyebut saat doa yang khusuk dan mendalam sampai tidak menyadari dirinya itu sebagai “ectasy”.

DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA

Dominic memiliki devosi yang mendalam kepada Bunda Maria. Setiap hari ia melakukan laku silih untuk menghormatinya. Setiap kali memasuki gereja, Dominic berlutut di altar serta berdoa, “Bunda Maria. Aku berharap untuk selalu menjadi anakmu. Berikanlah rahmat agar aku lebih memilih mati daripada berbuat dosa dan melanggar kesucian.”    
  
Satu tahun sebelum ajalnya ia berkata kepada Don Bosco: “Pastor, saya ingin melakukan sesuatu untuk Bunda Maria. Tetapi saya harus melakukannya dengan segera, jika tidak, saya kuatir semuanya akan terlambat.” Dan atas persetujuan Don Bosco, Dominic membentuk perkumpulan remaja yang diberinya nama “Persaudaraan dalam Maria Immaculata”.

Tujuannya adalah membantu teman-teman yang lain agar dapat lebih dekat dan akrab dengan Tuhan Yesus dan Bunda Maria.

Setelah kematiannya, Dominic menampakkan diri kepada St. Yohanes Bosco. Don Bosco bertanya kepadanya hiburan terbesar apa yang didapatnya saat kematiannya. Dominic menjawab, “Hiburan terbesar yang saya terima saat kematian adalah pertolongan dari Bunda Allah yang penuh kuasa dan kasih. Tolong sampaikan kepada teman-teman agar tidak lupa berdoa kepada Bunda Maria setiap hari sepanjang hidup mereka.”

AKHIR HIDUPNYA

Kesehatan Dominic tidak pernah prima. Pada bulan Maret 1857 ia jatuh sakit dan pulang ke rumahnya di Mondonio. Dokter menyatakan ia menderita radang paru-paru. Ia meninggal dengan tenang di rumahnya pada tanggal 9 Maret 1857 dalam usia empat belas tahun. Jenasahnya dimakamkan di Basilika Maria Penolong Umat Kristiani di Turin, tak jauh dari makam pembimbingnya kelak, St. Yohanes Bosco.

Setelah kematiannya, Don Bosco menuliskan riwayat hidup Dominic Savio. Kemudian pada tanggal 12 Juni 1954, di halaman Gereja St. Petrus Vatican, Paus Pius XII mengkanonisasi Dominic Savio sebagai Santo. Dalam sejarah gereja, Dominic Savio merupakan orang kudus bukan martir yang termuda (belum genap 15 tahun) yang dikanonisasi.

Pesta namanya dirayakan tanggal 6 Mei, bukan tanggal 9 Maret pada hari wafatnya. Hal ini karena pada bulan Maret, di Italia masih musim dingin. Maka agar anak-anak dapat merayakannya, dengan persetujuan Rector Major Salesian dan Kepausan, pesta nama Dominic Savio ditentukan tanggal 6 Mei (musim semi). Dengan demikian, semua anak dapat merayakannya.Dominic Savio adalah Pelindung Putra Altar, Pelindung Pramuka, Pelindung Koor Remaja Putera dan Pelindung ibu yang sedang melahirkan. 


NB :
  1.  Jangan buka yg varrel7a.blogspot.com > itu yg lama
  2.  Dominic : Dominico
  3.  klo ad salah silahkan komentar,, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar